Mbok Yem dan Legenda Puncak Gunung Lawu

MAGETAN --- Sudah tak asing ditelinga para penggiat alam terbuka negeri ini. Setiap kali mendengar nama ‘Mbok Yem’ tentu yang teringat dibenak kami semua ialah ‘nasi pecel’. Mengapa nasi pecel? Tentu bukan hanya nasi pecel yang hanya sekedar pecel tentunya. Betapa tidak, butuh perjalanan delapan jam jika ingin menyantap hidangan ini. Plus ditambah dengan lanskap indah tentunya. Penasaran bagaimana ceritanya. Ikuti kisahnya bersama kami Sitasi.id.

Bagaimana Sosok Mbok Yem Yang Sudah Terlanjur Melegenda Itu?

Inilah Sosok Mbok Yem Via Instagram/@jacksodron
Bukan hanya pecel yang dihidangkan perempuan yang bernama asli Wakiyem ini. Ada juga beberapa gorengan beserta mie instan yang lengkap dengan ‘tetek bengeknya’. Sebagai tambahan informasi, Gunung Lawu berada di wilayah geografis perbatasan antara Kabupaten Magetan dan Kabupaten Karangayar. Mempunyai tiga lokasi basecamp pendakian yaitu Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang yang masuk wilayah Provinsi Jawa Timur, satu lagi melalui Candi Cetho yang masuk wilayah Provinsi Jawa Tengah.


Sosok Perempuan Inspiratif! kata mereka

Mbok Yem dengan rutinitas setiap hari via https://akuntomountain.wordpress.com/2012/07/11/901/


Tentu bisa dibayangkan bagaimana suasana ekstrim ketinggian tiga ribu diatas permukaan laut semacam ini. Dengan kondisi lapak seadanya, menghadapi cuaca yang tak menentu setiap hari. Sampai pada akhirnya  perempuan empat anak ini bertahan selama kurang lebih dua puluh delapan tahun di Puncak Hargo Dalem. Puncak Hargo Dalem adalah puncak kedua sebelum menuju puncak Hargo Dumilah yang merupakan puncak tertinggi di gunung ini.


Bagaimana Cara Mendapatkan Bahan Makanan Sehari hari?

Walaupun bisa dikatakan menetap di Hargo Dalem, bukan berarti Mbok Yem tak pernah ‘turun gunung’. Beliau masih menyempatkan kehadiran berkumpul bersama keluarga saat Hari Raya Idul Fitri dan jika sanak saudara sedang memiliki hajatan. Untuk masalah bahan baku berjualan setiap hari, saat di wawancarai oleh tim redaksi beliau mengatakan jika saat ini mempunyai ‘buruh angkut’ untuk mengakomodir bahan makanan jika hampir habis. “Ya karena keterbatasan fisik sekarang mas, beda pas jaman muda dulu” katanya sambil melanjutkan goreng telur. Untuk persediaan air, beliau mengandalkan aliran dari mata air Sendang Drajat.



Inilah trek pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu (foto oleh tim Redaksi)

Terbayang bagaimana perjuangan Mbok Yem untuk sekali turun saat ingin pulang kampung. Tim Redaksi sempat menggali data kepada penduduk sekitar basecamp dan petugas Balai Gunung yang berdiri di ketinggian 3565 diatas permukaan laut ini. Mereka pun senada dan mengatakan untuk sekali turun, Mbok Yem butuh dua sampai tiga hari supaya sampai kerumah sanak saudara. Untuk mengatasi durasi yang cukup lama itu, beliau sesekali istirahat di pondokan yang ada di jalur pendakian Cemoro Sewu.
 
Tampak Depan Warung Mbok Yem (foto oleh tim Redaksi)

Jadi bagaimana, penasaran rasanya menyantap hidangan di warung yang digadang-gadang tertinggi se Indonesia ini? Simak kisah inspiratif lainnya di Sitasi.id. Salam Hangat!

Tim Redaksi

Komentar

Postingan Populer