“...enyahlah meratap sendiri diambang malam”

Selamat malam duhai pemilik segalanya nama. Ya Rohman Ya Rokhim kupanjatkan segala kerendahan hati hamba. KepadaMu Sang Maha dari segala Maha, ingin kutitipkan sedikit keluh kesah melalui jemari ini.  Pada suatu ketika aku berada dipersimpangan jalan, kututup pintu hatiku dan bertanya pada kalbu. Tentang mengapa seorang hamba yang syarat akal dan pikiran yang sempurna ini tak kunjung mengakusisi kebahagiaanya. 
Tuhan.. hambar rasanya jika tidak bersurat kepadaMu, sedikit terbersit bimbang saat tak lagi yang bisa kuperbuat. Segalanya panca inderaku buntu, tak dapat kucerna. Hampir segalanya yang dekat menjauh, yang berjanji padaku ingkar. Hilang rasanya rasa kagum pada mereka saat muslihat semakin lekat dengan kecewa.
Maafkan bilamana dariku kini tak kunjung berkata jujur pada diri sendiri, sudah terlalu berlebihan dosis rasanya jika ingin mengutarakan kecewa. Lalu pada saatnya aku ingat sebuah kalimatMu, bahwa “tidak ada perjuangan yang sia sia” dan “perjuangan tidak akan mengingkari hasil” kataMu. Aku teramat percaya dengan kalimatMu ini, maka sampai hari ini walau sudah banyak cercaan dari mereka yang dihujat untukku selalu kuterima lapang dada. Bahwasanya mereka tak tau kondisi dan mengesimpangkan rasa iba. Terlebih mereka merasa bahwa dirinya lebih dekat denganMu karena merasa sering menyerukan namaMu di ubin dingin yang mereka tenun setiap waktunya tiba.
Sebenarnya bukan maksudku mengingkari jati diri, aku bukan hendak berkata kau kejam Tuhan, tidak. Hanya saja aku ingin kau mentabahkan batin yang keos ini. Aku sempat berbincang dengan salah satu kolega, bertanya tentang masa depan setelah kita sama sama jauh dan bebas dari ujian dunia yang sekarang. Lantas mengapa justru mereka menyudutku tanpa rasa iba, sempat aku dibuatnya linglung karena pada saat mereka berkata “tidak mungkin”, bukankah kalimat ini adalah kata paling kejam yang menghinaMu? . Bahwanya tidak ada segalanya hal didunia ini yang tidak atas kehendakMu. Kegalanya milikku sekarang, esok, lusa, nanti mutlak milikMu.
Tuhan terima kasih. Jadilah seperti ini menjadi Tuhan versiku, aku percaya kau adalah pendengar yang relevan dan tetap menjadikan masa depanku menjadi sebuah rahasia bukan teori yang tersirat akan makna. Menjadi ‘teman’ curahan hati paling hebat tanpa adanya rasa ingkar. Terima kasih, aku cinta padamu..  



Komentar

Postingan Populer