Menjelang Maghrib di Jalan Penanggungan, Kediri
Sayup bibirku bergetar kulihat dibalik spion kaca sepeda. Nampak seorang bocah berlari kecil sambil menenteng sarung menuju Masjid bersama kawannya. Tafsirku senyum bocah ini harusnya juga milikku, tapi tidak.
Selepas adzan, sesampainya di Lirboyo. Ada seorang pedagang yang melamun dihadapan jajanan yang ditatapnya dengan ragu. Melukis jejak jejak kaki anaknya sambil melumat pertanyaan kapan pulang.
Tapi setelahnya,di Lirboyo yang sedikit mendung kudengar kabar tentang kematian. Siapa yang mati? Mengapa? Apa sebabnya?
Aku mendengar kabar kematianku sendiri. Didepan pintu gerbang yang di cat warna kesukaanku semasa kecil.
Aku mendengar kabar kematianku sendiri. Didepan pintu gerbang yang di cat warna kesukaanku semasa kecil.
Kusematkan kafan didahiku sambil menahan aroma riak riak darah tercecer mengalir bakh sungai. Kubasuh luka diwajah, dada, dan jari jemari. Sambil kulumat sakit sedikit demi sedikit beserta racun yang ia suntikkan padaku dengan asiknya.
Ya kini aku mati berlinang darah dan kafan, di Lirboyo..
Komentar
Posting Komentar