Estetika Kereta Takdir
Saya sadar. Tak ada yang lengkap di dunia ini. Kehampaan bisa jadi kadang dimiliki beberapa orang. Tak ada kata tapi, tak ada kata 'ke-aku akuan'. Gelisah tak pernah dipilih ataupun memilih.
Pada suatu ketika. Pernah terbayang dibenak, takdir ialah serupa kereta panjang. Gerbong gerbong yang terisi maut, jodoh, dan rejeki. Entah, kemana kereta akan melaju. Hendak di Stasiun mana sang masinis takdir akan berhenti.
Lantas, apa yang hendak dilakukan manusia jika tidak ingin berjalanan di rel kereta yang mereka tumpangi? Bagaimana cara berhenti sejenak lalu berganti menuju Stasiun tujuan yang manusia inginkan?.
Kubayangkan lagi begini. Bukankah sebuah kereta pasti punya kendali? Ya, mungkin benar begitu. Ialah kita sendiri yang berhak menentukan kemana arah dan tujuan. Ingin berhenti di stasiun mana, dengan fasilitas seperti apa.
Kawanku. Kadang hidup terasa berat. Berat sekali. Hidup yang menggebu gebu yang justru berganti dengan gelisah. Hampa dalam drama kehidupan yang tak pernah ditafsirkan siapapun. Yang tak pernah diharapkan sekalipun.
Namun, kau harus tau. Hidup yang tak tau kapan akan berakhir ini terlalu sebentar rasanya jika diisi dengan rasa sakit. Kurang menggairahkan jika diisi dengan kesedihan. Bukankah hidup yang terjal lebih menantang daripada hidup yang aman aman saja. Kehidupan dengan alur naik turun bukankah justru lebih seru daripada hidup yang datar datar saja.
Ayolah. Buang sedihmu. Berhentilah menghakimi dirimu sendiri. Kau berharga. Seringkali harimu dihantui rasa rasa bersalah, wajar. Itulah kehidupan. Kau belum dikatakan hidup jika belum melakukan kesalahan. Kau belum berhasil jika belum pernah gagal.
Aku bersamamu. Dan akan selalu..
Komentar
Posting Komentar